Salam Berbagi!!
Perkenalkan
saya Ade Rinanda Sukma, salah seorang mahasiswa Politeknik Negeri Padang, jurusan Bahasa Inggris. Saya sedikit ingin berbagi kepada bapak/ibu/kakak/abang/adik tentang pengalaman saya
bertemu dengan M. Rizki Ramadhan, anak jenius dari kabupaten Agam, Sumatera
Barat.
Tersentuh
dan kagum memang saat saya mendengar berita tentang adik kecil yang jenius ini.
Rasanya ingin sekali bertemu langsung dengan Rizki sesaat setelah saya
mendengar berita tentang kejeniusan Rizki. Benar-benar miris sekali keadaan Rizki.
Ia tidak bisa melanjutkan pendidikannya karena dia terlalu pintar. “Apa? Karena
terlalu pintar? Baru kali ini ada kasus seperti ini terjadi”, itulah selintas
pemikiran yang muncul di benak saya saat itu.
Akhirnya,
setelah kembali dari Jakarta usai mengikuti seleksi GMB, saya mulai mencari
tahu tentang keberadaan Rizki. Tidak
terlalu sulit memang. Karena kebetulan ada kerabat dan teman-teman saya yang
berasal dari kabupaten Agam. Singkat cerita, Jumat, 15 November 2013 saya
berangkat dari Padang menuju Bukittinggi, kabupaten Agam.
Dari
Bukittinggi, saya yang ditemani salah seorang kerabat, memulai perjalanan
mencari rumah Rizki yang terletak di Cangkiang. Selang beberapa menit, kami pun
tiba di Cangkiang. Namun sayang, ternyata Rizki dan keluarganya sudah pindah
rumah. Untungnya, ada ibu dan bapak baik hati yang menunjukkan kami rumah yang
ditempati Rizki dan keluarganya sekarang. Perjalanan menuju ruah Rizki pun kami
lanjutkan.
Beberapa
menit berlalu dan akhirnya kami pun sampai di rumah Rizki. Miris memang keadaan
rumahnya. Sebuah rumah kayu atau kami di Sumatera Barat menyebutnya Rumah
Gadang yang kondisinya sedikit memprihatinkan ditempati oleh Rizki bersama
orang tua dan kakak-kakaknya. Lebih parahnya lagi, ternyata rumah itu hanyalah
rumah kontrakan yang disewa Rp 600.000 per tahun. Sedih rasanya melihat kondisi
mereka. Namun, saya semakin kagum dan penasaran untuk bertemu dengan
Rizki.
Rumah
Rizki tampak dari depan Rumah
Rizki tampak dari belakang
Rumah
Rizki bagian dalam Kondisi
dapur rumah Rizki
Kemudian,
kami pun masuk ke dalam dan disambut hangat oleh ayah Rizki, Mayunis, dan Rizki
yang saat itu sedang makan. Pak Mayunis menuturkan kondisi Rizki yang ternyata
sudah putus sekolah selama tiga tahun. Sontak saya kaget waktu itu karena
mnurut informasi yang saya baca, Rizki yang berumur tujuh tahun hanya sempat
mengecap pendidikan Sekolah Dasar selama enam bulan sebelum dikeluarkan dari
sekolah. Faktanya, saat ini Rizki telah berusia sepuluh tahun dan sudah putus
sekolah selama tiga tahun. Tak lama kemudian, ibu Rizki, Armadanis dan
kakaknya, Mitha pun datang. Sesaat kemudian ibu Rizki menceritakan perihal
kejeniusan Rizki yang membuat ia putus sekolah saat ini. Beliau memang telah
lama menyadari kejeniusan Rizki, namun karena keterbatasan biaya, ia tidak
mampu berbuat apa-apa. Di usia yang masih dibawah tiga tahun, Rizki langsung
pandai membaca beberapa saat setelah ia bisa berbicara. Lebih hebatnya lagi,
Rizki belajar secara otodidak. “Subhanallah, hebat sekali anak ini”, ucap saya
dalam hati.
Beberapa
tahun kemudian, Rizki pun mulai bersekolah di Taman Kanan-kanak. Saat TK, Rizki
masih bertingkah seperti anak normal lainnya. Ia belajar dan bermain di
sekolah. Namun, saat Rizki bersekolah di SD, ia mulai merasa jenuh. Ia tidak
mau pelajaran yang sama diajarkan berulang kali. Karena memang ia sudah
mengerti pelajaran tersebut sebelum gurunya selesai menerangkan pelajaran. Hal
tersebut membuat gurunya gusar dan memanggil orang tua Rizki ke sekolah.
Gurunya merasa tidak sanggup untuk mengajar Rizki. Gurunya menyarankan agar
Rizki dipindahkan saja sekolah ke sekolah yang lebih tepat. Namun apalah daya,
dengan serba keterbatasan orang tua Rizki tidak sanggup berbuat apa-apa untuk
anaknya. Ayahnya yang seorang buruh pembersih Kulit manis hanya mampu
menyekolahkan ketiga anaknya di sekolah negeri dan itupun kadang harus
berhutang sana-sini demi pendidikan anaknya. Akhirnya, Rizki pun putus sekolah
sampai saat ini. Mereka tidak lagi mencoba memindahkan Rizki ke sekolah negeri
yang lain karena takut kejadian itu terulang kembali. Memang sedih rasanya,
Rizki sangat antusias sekali untuk tetap bersekolah. Namun, keadaan yang
membuatnya tidak mampu untuk melanjutkan pendidikannya.
Selama
di rumah, Rizki hanya belajar dari televisi dan beberapa buku bacaan, termasuk
buku bacaan SMP dan SMA milik kakak-kakaknya. Sehingga ia banyak tahu tentang
berbagai hal. Ibunya yang hanya lulusan SMP dan ayahnya yang lulusan SD, tidak
banyak mengajarkan Rizki berbagai pelajaran. Kakak-kakaknya lah yang antusias
mengajarkan Rizki beberapa pelajaran, termasuk beberapa bahasa. Sehingga, ia
sudah banyak menguasai Bahasa Inggris dan pelajaran dasar bahasa lain seperti
Jepang dan Mandarin.Jika dibandingkan anak-anak seusianya, kemampuan Rizki
memang luar biasa hebat. Hebat memang, Pak Mayuni dan Ibu Armadanis memiliki
tiga anak cerdas. Mitha, kakak tertua Rizki yang saat ini sedang duduk di
bangku kelas XII, selalu masuk dalam peringkat sepuluh besar di sekolahnya.
Demikian pula dengan abangnya, Ferdian yang saat ini kelas VIII . Hebatny lagi,
Ferdian sudah tiga kali mengikuti olimpiade Matematika tingkat provinsi dan
sekarang ia mulai mengajar les Matematika untuk anak-anak SD.
M. Rizki Ramadhan Rizki sedang
bermain di rumahnya
Jika
kita melihat Rizki sekilas, memang tidak ada yang begtu spesial dari
penampilannya. Dia sama seperti anak-anak lainnya yang suka bermain. Namu, jika
ia diminta untuk malalkukan sesuatu, ia sangat antusias dan cepat tanggap.
Contohnya ketika ia mendengarkan sebuah lagu baru berbahasa asing, ia
mendengarkan dengan seksama. Sesaat kemudian, ia sudah mulai hapal dengan lagu
itu. Rizki juga sangat tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan
barang-barang terbaru, terutama gadget. Saat saya hendak bersalaman dengannya,
ia langsung meminta saya untuk meminjamkan Hp yang kebetulan ada di tangan saya
waktu itu. Keadaan Rizki pun mulai di ekspos karena kemahirannya menggunakan
gadget. Ketika itu, salah seorang kerabat jauh ayahny Rizki berkunjung ke
rumahnya dan menemukan bahwa Rizki, anak jenius itu sudah putus sekolah. Berkat
beliau-lah Rizki mulai di ekspos beberapa media.
Semenjak
di ekspos beberapa media, banyak pihak yang mulai berdatangan untuk melihat
Rizki secara langsung. Mulai dari pejabat daerah sampai orang-orang terdekat.
Memang belum ada bantuan materil yang diberikan kepada Rizki dan keluarganya.
Namun, Diknas kabupaten Agam telah memfasilitasi Rizki dan orang tuanya untuk
berkonsultasi dengan Psikolog. Menurut ibunya Rizki, Psikolog tersebut
mengatakan bahwa Rizki memang memiliki kemampuan yang luar biasa dan ia sama
dengan anak normal lainnya. Namun, Psikolog itu menyarankan harus seorang yang
ekstra sabar dan cerdas lah yang sebaiknya menjadi pengajar Rizki, mengingat
sikap tempramennya itu. Ibunya juga bercerita bahwa ada satu pihak yang meminta
agar Rizki diserahkan padanya untuk disekolahkan. Senang rasanya ibu Rizki saat
itu, namun beliau sangat terkejut ketika mendengar bahwa anaknya akan di
sekolahkan di SLB. Sungguh ia tak menyangka. “Anak itu memang memiliki
kemampuan luar biasa. Tapi, ia juga tidak harus dimasukkan k SLB”, ucap ibunya.
Memang sedih jika kita mendengar kisah Rizki yang tidak bisa melanjutkan
pendidikannya karena terlalu pintar. Semoga banyak tangan-tangan dermawan yang
mau membantu Rizki mengejar impiannya.